BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SESUAI
DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN USIA
A. Belajar Dan Pembelajaran
Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah berinteraksi dengan
lingkungannya, dalam hal ini adalah lingkungan kelas pada saat proses
pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Pembelajaran
adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. (syaiful, 2003:61). Sedangkan
coney (dalam sagala, 2005:61) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah
diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang berlaku.
B. Psikologi Perkembangan Usia
Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Secara umum, psikologi dapat dibedakan menjadi dua cabang,
yaitu psikologi teoritis dan psikologi terapan. Psikologi teoritis dapat pula
dibedakan atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus. Dalam
ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk ke dalam psikologi khusus, yaitu
psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Dari pengertian psikologi di atas, maka dapat dipahami bahwa psikologi
perkembangan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
individu manusia dalam perkembangannya beserta latar belakang yang
mempengaruhinya.
Sedangkan psikologi perkembangan usia adalah bidang kajian psikologi
perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan individu sejak
anak-anak hingga lanjut usia.
C.
Fase Perkembangan
1. Perkembangan
Anak Usia 0-2 Tahun
Hubungan awal
anak – anak biasanya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Menurut
erik erikson, pada fase bayi ini anak sangat tergantung pada pengasuh untuk
mendapatkan makanan, pakaian, kehangatan, dan pengasuhan.
Pada fase ini
anak mulai terbentuk kepribadiannya yang akan menjadi modal awal saat ia akan
memasuki usia sekolah. Di fase ini anak hanya akan belajar melalui lingkungan
sekitar terutama dari ibunya,pengasuhnya dan keluarganya. Anak hanya akan
belajar untuk membedakan diri dan objek pada tingkat yang sangat dasar.
2. Perkembangan
Usia 2 – 6 Tahun
Umur 2 – 6 tahun analah masa anak usia dini (early
childhood) atau tahun – tahun prasekolah atau masa menjalani pendidikan anak
sekolah dini (paud) baik formal maupun informal. Seperti bayi dan balita, anak
– anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik maupun kognitif. Pada
fase awal anak biasanya belajar berbicara, merangkak,dan berjalan. Beberapa
pengaruh penting pada perkembangan fisiknya seperti perubahan kemampuan otak,
ketrampilan motorik kasar dan halus, serta kesehatan anak.
Pada fase ini
anak akan mengalami ketrampilan motorik. Ketrampilan motorik adalah kemampuan
fisik atau ketrampilan motorik kasar seperti berjalan, melompat, meloncat,
berputar, melempar, menyeimbangkan, dan menari. Keterampilan motorik halus
meliputi menggambar, menulis, mengikat tali sepatu, dan aktivitas yang
menggunakan gerakan kecil. Untuk anak yang masih usia 2 - 3 tahun biasanya
lebih senang untuk belajar menggambar dan menulis dimanapun. Biasanya anak
lebih senang untuk mencoret – coret mainannya dan tembok,bernyanyi dan bermain.
Pada tahap ini biasanya anak akan belajar memanipulasi. Anak juga akan
meningkatkan penggunaan bahasa dan simbol lainnya, mereka meniru perilaku dan
permainan orang dewasa.
3. Perkembangan
Usia Sekolah Dasar
Pada
faseini, anak akan belajar belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan
permainan,belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis,belajar bergaul dengan teman sebaya,belajar memainkan peranan
sesuai dengan jenis kelaminnya, belajar keterampilan dasar dalam membaca,
menulis dan berhitung. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
4.
Perkembangan Usia Remaja
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Mencapai peran
sosial sebagai pria atau wanita. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya
secara efektif. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. Memilih dan mempersiapkan
karier. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Memperoleh
seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
5.
Perkembangan Usia Dewasa Awal
Memilih pasangan. Belajar hidup dengan pasangan. Memulai hidup dengan
pasangan. Memelihara anak. Mengelola rumah tangga. Memulai bekerja. Mengambil
tanggung jawab sebagai warga negara. Menemukan suatu kelompok yang serasi.
6.
Perkembangan Usia Dewasa Madya Hingga Usia Lanjut
Pada umumya orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori, dan
intelegensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Bahkan kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga
tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan hasil jumlah
penelitian menunjukan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses
kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah
satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita. Uraian berikut akan
mengetengahkan beberapa perubahan penting dalam proses kognitif yang terjadi
pada masa dewasa dan usia tua:
Ø Perkembangan
pemikiran postformal
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir
puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua
hal yang dialami sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan
dari pola pemikirannya. Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga
memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya
dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya
ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang
kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai
proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda
tadi.
Ø Perkembangan
memori
Salah satu
karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua
adalah penurunan dalam daya ingat. Akan tetpi, apakah asumsi ini dapat
dibenarkan ? Sejumlah bukti menunjukan bahwa perubahan memori bukanlah suatu
yang sudah pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih
merupakan stereotip budaya. Hal yang dibuktikan oleh hasil studi lintas budaya
yang dilakukan oleh b.l levy dan e. Langer terhadap orang tua dicina dan
amaerika. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa orang tua dalam kultur yang memberikan
penghargaan tinggi terhadap orang tua, seperti kultur cina daratan, kecil
kemungkinan mengalami kemerosotan memori dibandingkan dengan orang tua yang
hidup dalam kultur yang mengira bahwa kemunduran memori adalah sesuatu yang
mungkin terjadi. Lebih dari itu ketika orang tua memperlihatkan kemunduran
memori, kemunduran memori tersebut cenderung sebatas pada tipe-tipe memori
tertentu.
Ø Perkembangan
intelegensi
Ketika memberikan tes inteligensi kepada sampel yang
respresentati, peneliti secara konsisten menemukan bahwa orang dewasa yang
lebih tua memberikan lebih sedikit jawaban yang benar dibandingkan dengan orang
dewasa yang lebih muda. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa
kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
secara umum. Hampir semua studi menunjukan bahwa setelah mencapai puncaknya
pada antara 18 sampai 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus
mengalami kemajuan yang signifikan dan sedikit kemunduran.
D.
Aliran
Psikologi Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
1. Aliran
Nativisme / Aliran Pembawaan
Menurut aliran ini anak tidak perlu
pendidikan karena baik buruk anak sudah ditentukan dari keturunan. Menurut
aliran ini manusia yang lahir telah memiliki bakat dan pembawaan baik dari
keturunannya yang dulu atau di takdirkan. Aliran ini dijuluki aliran pesimistis
karena melihat sesuatu hanya dari kacamata hitam saja. Tetapi pengaruh aliran
ini sampai sekarang masih dirasakan. Roseaus seorang filosof dari jerman
berpendapat bahwa setiap orang dilahirkan mempunyai dasar-dasar moral yang
baik. Karakter seseorang bersifat interistik.
2. Aliran Empirisme
/ Aliran Lingkungan
Aliran ini menitik beratkan pada
bagaimana kita akan mengisi hidup melaksanakan hal-hal baik itu positif maupun
negativ, jadi tergantung pada masing-masing individu itu sendiri. Lingkungan
bisa menentukan bagaimana sifat, perilaku anak jika lingkungan mendukung, sikap
anak pasti akan baik begitu juga sebaliknya. Pendidikan dapat memegang peran
penting, sedangkan bakat tidak ada pengaruhnya, jadi disini peran orang tua
sangat vital untuk menentukan bagaimana kedepannya kehidupan dan masa depan
anak. Faktor lingkunga menjadi faktor yang menentukan pada perkembangan anak
sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya.
3. Aliran
Konfergensi / Aliran Persesuaian
Perpaduan antara natifisme dan
empiurisme yang menggabungkan antara arti pentingnya hereditas dan pengangaruh
lingkungan. Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinasi dari
fasilitas yang diberikan dari lingkungan dan potensialitas kodrati anak mendorong
kemampuan anak, dan menjadi tidak seta apa bila pengaruh lingkungan melumpuhkan
sikofis anak. Pada 5 th pertama orang tua sangat berperan penting, jika orag
tua salah didik pada masa ini akan berakibat fatal untuk masa depannya.
Pengaruh pembawaan atau keturunan terahadap tingkah laku terjadi secara tidak
langsung. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara yang terdapat pada
lingkungan, contohnya: latar belakang keturunan yang sama menghasilkan
kepribadian yang berbeda dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula, latar
belakang dan lingkungan yang beda menghasilkan pola perkembangan yang sama, lingkungan
yang sama menghasilkan perbedaan kepribadian meskipun berlatar belakang sama, riwayat
hidup dan latar belakang yang sama menghasilkan kepribadian yang sama menurut
anastasi, presiden american psycological association faktor segmental yakni
adakalanya berlangsung dalam waktu yang singkat, berlangsung dalam jangka waktu
yang lama.
Tentang hubungan antara faktor dan
faktor keturunan anastasi mengemukakan bahwa:
a.
faktor lingkungan dan faktor keturunan menjadi sumber
penting timbulnya tingkah laku.
b.
kedua fungsi ini bisa berfungsi terpisah, melainkan
saling berhubunga.
c.
suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi
hubungan-hubungan yang lain yang akan terjadi.
4. Aliran
Asosiasi
Pengembangan dari empirisme pada renaisans yang mempelajari tentang
manusia. Menurut aliran asosiasi bahwa prosesi psikiologi adalah ”asosiasi
ide”. Unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia adalah simple idea. Simple
idea bukan bawaan dari lahir, merupakan hasil yang diperoleh manusia. Apabila
simple idea yang satu dengan yang lain di gabung akan menghasilkan complex idea,
apabila complex idea di gabung akan menghasilkan compund idea (gabungan ide).
5. Aliran
Gestalt
Berasal dari bahasa jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau
bentuk yang utuh. Gestalt berupa objek yang berbeda dari jumlah
bagian-bagiannya menunjukan premis dasar sistem sikologi yang
mengonseptualisasi berbagai pristiwa psikologi sebagai fenomena yang terorganisasi
utuh dan logis. Psikologi gestalt adalah gerakan psikologi yang melawan
psikologi strukturalisme. Didasari oleh pemikiran kant tentang teori nativistik
yang megnatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi
dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi
gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengatahui secara
tepat karateristik interaksi manusia dengan lingkungan. Aliran psikologi
kognitif dikembangkan oleh jeant piget, teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori
digolongkan pada teori konstruktivisme, teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori ini belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa
diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang yang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Proses belajar akan berjalan baik
bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Prinsip-prinsip kognitif antara lain:
a.
seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan
memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasar pola dan logika
tertentu.
b.
Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke
komplek.
c.
Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik dari pada
menghafal. Aplikasi dalam proses pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dipahami proses berfikirnya, anak usia
pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda konkret, keaktifan
siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan pola atau logika
tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
Implikasi aliran psikologi kognitif dalam pembelajaran : guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga anak mencapai keberhasilan, mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar, memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan
perkembangan -mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.
7.
Aliran Psikologis Konstruktivisme
Adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari knstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur kategori konsep dan
skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. Konstruktifisme menekankan
perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam. Suatu pengetahuan dianggap
benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,
melainkan harus di interpretasikan sendiri oleh masinga-masing orang. Manusia
berhadapan dengan tantangan pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus
ditanggapinya secara kognitif. Manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih
umum atau rinci, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman. Dengan cara itu
pengetahuan selalu berkembang.
Proses tersebut meliputi :
a.
skema adalah struktur kognitif yang dengannya
seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam
interaksinya dengan lingkungan berfungsi sebagai kategori-kategori untuk
mengidentifikasikan rangsangan yang datang dan terus berkembang
b.
asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang
tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c.
akomodasi adalah proses pembentukan skema atau skema
karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d.
equlibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
Implikasi aliran psikologi konstruktivisme : seorang guru merasa sudah
pernah mengajari suatu materi tetapi ada sebagian siswa yang tidak mengerti,
itu berarti guru tersebut sudah mengajar dengan baik tetapi ada sebagian murid
yang tidak belajar sama sekali, kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat di konstruksi
oleh peserta didik, latihan memecahkan masalah dilakukan dengan belajar
kelompok
8.
Aliran Behaviorisme
Aliran tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Aliran behaviorisme mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya.
Menurut aliran ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus
dan outpun yang berupa respons faktor yang dianggap penting dalam teori
behavourisme adalah stimulus dan respons. Stimulus adalah apa yang disampaikan
oleh pengajar, respon adalah sesuatu yang diterima oleh pelajar. Selain faktor
tersebut ada faktor penguatan. Bila penguatan ditambahkan maka respons akan
semakin kuat. Prinsip dalam teori belajar behaviorieme : reinforcement dan
punishment, primary of reinforcement, achedules of reinforcement, contingency
management, stimulus control in operant learning , the elimination of responses
kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergem, tidak kreatif dan produktif.
Implikasi teori behaviorisme ·apa saja yang diberikan guru dan apa saja
yang dihasilkan siswa semua, harus bisa diamati, diukur dan tidak boleh hanya
implisit, dan faktor lain yang penting adalah faktor penguat prinsip-prinsip
teori behaviorisme yang dipakai di dunia pendidikan proses belajar dapat
berhasil dengan baik apabila pelajar ikut berpartisipasi secara aktif -materi
pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang
logis sehingga mudah dipelajari -tiap respons perlu di respons balik, agar
pelajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
-setiap kali melakukan respons harus diberi penguatan, penguatan positif
ternyata memberi pengaruh yang lebih baik
9.
Aliran
Humanisme
Mempelajari tentang diri, aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta,
kreativitas, hakikat, individualitas. Aliran humanisme sangat memperhatikan
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat
dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi,
tujuan dan pemaknaan.
Lima dalil utama dalam aliran psikoligi humanisme yaitu :
a.
keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam
komponen-komponen.
b.
manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan
dengan manusia lainnya.
c.
menusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain.
d.
menusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung
jawab atas pilihan-pilihannya.
e.
menusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari
makna, nilai dan kreativitas.
Terlepas dari
aliran-aliran tersebut, sebagai umat beragama tentunya kita mempercayai hukum
predistinasi yaitu hukum tentang nasib atau takdir. Pada setiap umat beragama
ada kepercayaan terhadap takdir yang telah ditetapkan allah baginya.
Berdasarkan hukum ini berarti betapapun sempurnanyapembawaan, bakat, dan sifat
keturunan, betapapun baiknya liingkungan dan pemeliharaan anak, serta betapapun
lengkapnya sarana dan prasarana serta sumber penghidupan, tetapi proses
perkembangan itu tidak akan berlangsung sebagaimana yang dikehendaki manusia
seandainya takdir tidak membawanya demikian atau jika Allah tidak
mengizinkannya.
Daftar pustaka
4. Danim
sudarwan.2011.perkembangan peserta didik,bandung:alfabeta